TRIVISTHA
: Siklus Kehidupan
"Rasa murni mengalir berupa niat yang terproyeksikan dalam akal dan pengetahuan, tersampul dalam laku keseharian, merupakan hasil dari sekian banyak proses sublim namun seringkali tak tertangkap oleh indera. Dengan begitu dalam setiap individu tersirat suatu keunikan, tanpa bisa dihindari, sudut pandang dan irama tubuh pun terpengaruh dalam menerjemahkan rasa murni tersebut. Eksistensi individu melebur berinteraksi satu sama lain, suatu siklus, yang ditiupkan dalam tiga kutub. Trivistha merupakan gabungan tiga nama kami, yang tetap akan berdiri masing-masing dengan karya masing-masing, meskipun tema yang kami bahas sama: Siklus Kehidupan. Sedangkan sifat saling mengganggu dalam karya kami terproyeksikan dengan saling merespon "form". Hal tersebut mengingatkan kami bahwa dalam belantara manusia ini selalu ada hal-hal yang bersinggungan, yang bisa menjadi modal siklus pembelajaran manusia."
Pernyataan kekaryaan diatas adalah hasil pemikiran kolaborasi antara Febrianto Pudi Utama atau yang biasa disapa Viba, seorang desainer komunikasi visual dengan Prisanti Myristica yang biasa dipanggil Isti, lulusan dari kriya tekstil dan Pritha Fitria Natasha Bekti atau Pritha yang merupakan seniman patung ketika merespon tema kekaryaan yang ditawarkan oleh s.14 pada tahun 2010 untuk lebih mementingkan sebuah kekaryaan yang memiliki social value. Kekaryaan yang mempunyai nilai sosial ini diharapkan melibatkan masyarakat untuk mengapresiasi secara langsung atau tidak langsung dalam medium atau gagasan kekaryaan akan sebuah pengalaman personal maupun bersama akan sebuah kehidupan melalui program pameran seni visual atau bentuk pelatihan kreativitas sebagai bentuk dedikasi seniman terhadap masyarakat luas.
Secara tersirat, gagasan kekaryaan mereka berangkat dari sebuah interaksi antara mereka, tiga individu yang mempunyai ketertarikan yang berbeda satu sama lainnya. Seperti halnya setiap individu manusia tidak ada yang sama. Dengan kekaryaannya yang terkesan mempunyai ruangnya masing-masing tetapi bersatu dalam satu ruangan dan saling bersinggungan. Sebuah ruang universal yang menurut Viba adalah representasi dari simbol triquetra, simbol religius atas kehidupan : kekuatan, kejujuran dan keagungan. Selain itu juga dapat merepresentasikan mengenai kelahiran, kematian dan kelahiran kembali, atau alam yang terbagi menjadi tiga : tanah, udara dan air. Hal ini sudah menjadi kepercayaan bagi banyak kebudayaan dan kepercayaan masyarakat akan angka tiga yang mempunyai makna religius dan abadi.
Tiga pernyataan berikut adalah pernyataan akan proses kreatif yang dilakukan untuk kekaryaan Trivistha ;
"Berusaha untuk memahami segala sarana yang saya miliki dan sepenuhnya sadar atas apa yang ada dalam diri. Walaupun pembentukan seseorang sangat terkait dengan apa yang ada di sekitarnya, saya mencoba untuk memfokuskan karya hanya kepada pengalaman pribadi, yaitu berbagai elemen luar yang telah tersaring melalui aktivitas yang didasarkan oleh kepribadian itu sendiri. Apa-apa yang sudah pernah dialami saya kaji dan putarbalikkan guna memperoleh sebaik-baiknya makna suatu kejadian, dengan alasan supaya tidak menjamah apa yang bukan hak saya, serta menghindari memberi suatu pandangan yang bukan pada tempatnya. Saya cenderung berkarya dengan medium yang memiliki karakter spontan seperti cat air, marker dan ballpoint, serta senantiasa mencoba untuk meminimalisir penghapusan suatu goresan, karena saya anggap mereka itu adalah wujud dari keputusan, keadaan fisik dan mental kita pada kurun waktu saat kita melakukan aksi tersebut, seberapa pendek/kecilnya satuan itu. "(Febrianto Pudi Utama)
"Dalam siklus kehidupan bagi saya yang paling penting adalah proses pembelajaran seseorang. Saya menyadari bahwa betapa manusia sangat terikat dengan sesuatu yang bernama 'waktu' dan 'ruang' dimana dalam kepercayaan yang saya miliki hal tersebut tidak dimiliki oleh kekuatan transenden. Manusia yang serba terbentur hal yang berbatasan dengan kemampuannya tersebut pada akhirnya akan menyadari potensi diri untuk mencapai pemahaman tentang hidup dan tujuannya. Mengenal diri adalah hal yang penting, Untuk memilih cara yang tepat untuk belajar, dan menggapai satu tujuan pulang : 'Sang Maha Esa'." (Prisanti Myristica)
"Dalam berkarya, saya selalu bermain di wilayah persepsi manusia terhadap material/ objek. Di sini saya menggunakan material bulu sintetik dengan mengalihkan persepsi sebagai material yang biasa digunakan sebagai fashion atau produk lain yang semula menandai kelembutan menjadi sesuatu sesuatu yang akan dianggap menggangu persepsi tersebut." (Pritha Fitria Natasha Bekti)
Dalam proses kreatif ketiga seniman diatas, Viba terlihat memaknai setiap proses kekaryaannya sebagai representatif atas kehidupannya. Sedangkan Isti memaknai dirinya dalam ruang dan waktu yang terbatas, di kala Pritha lebih bermain-main dengan persepsi orang mengenai hal-hal di luar dirinya.
Social Value yang dihadirkan oleh Trivistha sepertinya mempunyai sebuah pesan personal yang mungkin tidak dapat dimengerti langsung oleh publik umum, oleh karenanya. Pritha, salah satu seniman Trivistha, mencoba membuka pelatihan untuk anak dengan bermain-main dengan medium yang ia bawa pada kekaryaannya. Diakhiri dengan panggung cerita bagi anak, yang merupakan salah satu program untuk menyampaikan pesan atau makna di balik kekaryaan seniman yang berpameran di ruang s.14 kepada masyarakat umum, khususnya anak-anak melalui story telling.
Selain pameran diatas, publik umum juga dapat mengapresiasi beberapa karya pada ruang perpustakaan s.14 dimana terdapat dua (2) program yang mengiringi pameran Trivistha ini; "6 to 5" adalah pameran drawing pada dinding ukuran 60cm x 50cm pada salah satu sudut perpustakaan, kemudian " 7" " adalah pemutaran karya video pada layar lcd 7 inch bekerjasama dengan VIDEOLAB (http://videolab.blogdrive.com).
Selamat Berapresiasi!
Herra Pahlasari
Febrianto Pudi Utama, lahir di Denpasar pada 3 Februari 1985. Lulus dari Istituto Statale D’Arte Monza, Italia pada tahun 2005 dengan mengambil keahlian Desain Komunikasi Visual. Sejak tahun 2006 sampai 2009 mengikuti beberapa kursus keahlian seperti ABC in Dynamic Flash (single award) di Chelsea College of Art and Design, ABC in Animation Skills (double award) dan FdA in Animation di London College of Communication. Studi dan keahlian yang dimiliki viba meliputi bidang animasi, manipulasi foto, instalasi. Berpengalaman mengikuti beberapa pameran dan proyek seni bersama kelompok illustrator dan seniman grafitti.
Prisanti Myristica, lahir di Bandung pada 18 November 1984. Isti, panggilan akrabnya, merupakan alumni Kriya Tekstil FSRD ITB 2003. Mulai aktif berpameran sejak tahun 2004 sampai 2008; Modest Code di Bali, Perupa perempuan se-Indonesia di Gedung Arsip Nasional, Lobobit toys with exploration of classic batik pattern di Student Centre ITB. Pada tahun 2007, ia berhasil masuk dalam 5 terbaik lukisan pada Kompetisi Seni Lukis Jawa Barat yang diadakan di Galeri Kita Bandung. Selain seni rupa dan kriya, Isti pun mempunyai hobi dalam bermusik.
Pritha Fitria Natasha Bekti, lahir di Jakarta pada 11 Agustus 1979. Pritha, panggilan akrabnya, merupakan alumni Seni Patung FSRD ITB 2001. Mulai aktif berpameran sejak tahun 2005; My Bloody Valentine di BTW Space, Bandung (2005), Metaphoria di Galeri Soemardja, Bandung (2008), Contemporary Archeology di SIGI arts, Jakarta (2009). Selain berkarya, aktif dalam berbagai kegiatan seni rupa seperti workshop, proyek seni, dan sempat mengelola AMIS, manajemen seni pada tahun 2006. Pada tahun 2007 mendapatkan hibah magang nusantara Kelola di Yayasan Kebudayaan Perancis (CCF), Jakarta.
Nice Vib.... blognya sapa nich????
BalasHapuswah sayang aku bukan seniman asli hanya seorang seniman pertanian :)
selamat datang seniman pertanian, kalau di Bandung datanglah ke pembukaan kami ya! ditunggu..we are open to every person who want to appreciate the artworks..;)
BalasHapus