The
Nekrophone Traces:
Arsip,
Manuskrip dan Dokumentasi Homicide
Dewasa ini komitmen
seorang musisi atau grup musik untuk mendorong terjadinya perubahan sosial semakin
langka. Satu di antaranya adalah Homicide.
Dilihat dari peta musik, posisi Homicide memperkaya khazanah “musik
alternatif” Indonesia khususnya mereka yang menyimpang dari musik arus utama (mainstream). Grup
hiphop ini telah lama bubar namun masih menyimpan spirit perubahan yang kuat mengendap
di bawah sadar para penggemarnya. s.14 artspace and library menilai
bahwa riwayat dan reputasi Homicide layak
dikaji sebagai sumber penelitian dalam ranah kebudayaan di tanah air.
Dalam pameran kali ini,
s.14 atas kurasi Aminudin TH
Siregar, menampilkan kronik perjalanan Homicide
sebagai grup hiphop asal kota Bandung yang kental dengan lirik-lirik kritis
tentang perubahan sosial, kejahatan dan penindasan terhadap kemanusiaan, anti
kapitalisme, dan sorotan-sorotan yang tajam akan bahaya neoliberalisme dalam
ekonomi global hari ini. Dibandingkan kualitas musikalitas yang lebih bisa
diterima, lirik-lirik Homicide tidak
hanya agitatif, tapi juga dikenal memiliki
kekuatan diskursif sehingga memerlukan kecermatan tersendiri bagi para
penggemarnya untuk bereaksi atau sekedar mengerti. Di puncak prestasi lirik, Homicide menduduki tempat istimewa. Oleh
mereka, lirik secara sadar didorong guna menghasilkan efek penyadaran dalam
sebuah proses perubahan sosial.
Tidak sedikit kaum intelektual menyadari bahwa seni harus membalikkan fungsi seni
dari alat-alat ideologis menjadi alat kritis pembebasan manusia, refunction. Seni pasca auratik (seni
yang telah kehilangan auranya) telah dimanipulasi untuk tujuan-tujuan ekonomis
dan komersil, atau propaganda ideologis seraya memapankan
penindasan-penindasan. Dewasa ini, seni pasca auratik, termasuk musik, telah
menjadi komoditi dalam kebudayaan massa. Seni (musik) tidak lagi dihasilkan
melalui pengalaman estetis, melainkan justru menjadi obyek manipulasi mekanisme
pasar. Di realitas dunia musik Indonesia yang chaotic sekarang, “nilai guna” musik dilepaskan dan diganti dengan
“nilai tukar”, hingga akibatnya, baik “musik serius” maupun “musik ringan”
menjadi barang yang bisa dipertukarkan dan mengikis batas-batas hirarkis. Sepanjang
kiprahnya, Homicide menyadari resiko
dan paradoks yang mereka hadapi. Homicide
menolak paham “musik sebagai musik” sepertihalnya “seni untuk seni” yang hanya
mempertontonkan pemujaan berlebihan terhadap seni/musik sehingga justru dapat
menyesatkan dan menutupi kebenaran.
Berdiri di Bandung
dengan nama awal Verbal Homicide, grup ini
awalnya diinisiasi oleh 3 orang rapper; Morgue Vanguard (Herry
Sutresna),
Sarkasz (Aszy Syamfizie) dan Punish (Adolf Triasmoro) dan satu DJ,
Kassaf (Kiki Assaf) pada tahun 1994. Pada perjalanannya formasi terakhir
Homicide adalah Morgue Vanguard, DJ-E (Ridwan Gunawan) dan Andre
pada gitar sebelum membubarkan diri di tahun 2007. Dengan memperlihatkan
koleksi poster, foto, video musik, manuskrip lirik, CD, kaos, vynil, dan cinderamata,
pameran ini mengajak kita melihat cuplikan kontinuitas dan diskontinuitas
sejarah grup ini di dalam peta perkembangan musik Bandung.
Untuk mengiringi dan
melengkapi cara kita memahami pameran ini, s.14
akan menggelar diskusi dengan tema Musik
dan Perubahan Sosial dengan nara sumber Homicide (Ucok, Aszi, Iwan),
Taufiqrahman, Lingga Agung dan Indra Hikmawan a.k.a Papap. Dan akan digelar workshop untuk pelajar bersama Ucok
Homicide dan Jay – seorang beatmakernya Eyefeelsix untuk memberikan pengenalan
dasar mengonstruksi musik hiphop dengan metoda sampling. Dalam rangkaian ini
pula, tim s.14 akan memberikan pengenalan dasar musik hiphop melalui gerak, kreasi
dan terakhir, akan ada pemutaran film sejarah musik hiphop yang diseleksi
sendiri oleh Ucok Homicide.
Agenda Program s.14 | Mei – Juni 2016
Pameran Retrospektif
The Nekrophone Traces : Arsip, Manuskrip, Dokumentasi
HOMICIDE
31 Mei – 30 Juni 2016
Tidak ada seremoni
pembukaan,
pameran dapat di
apresiasi langsung pada jam buka Perpustakaan s.14;
Selasa – Sabtu, 11.00 – 17.00 WIB, Minggu & Senin TUTUP
Terbuka untuk UMUM dan
GRATIS,
Artist Talk & Diskusi | 17 – 24 Juni 2016
Musik & Perubahan Sosial
17 Juni 2016 | Indra Hikmawan & Lingga Agung
18 Juni 2016 | Homicide (Ucok, Aszi, Iwan) & Taufiqrahman
24 Juni 2016 | Linggo & Ucok Homicide
Public Workshop | 24 – 30 Juni 2016 (tentative)
Lets HIP HOP! |
workshop untuk Anak bersama s.14|
pengenalan musik HipHop melalui
Gerak & Kreasi
Lets Sample! |
workshop untuk Pelajar
pengenalan dasar kontstruksi music HipHop
dengan metode sampling
bersama Ucok Homicide & Jay EyeFeelSix |
limited seat, workshop fee charge.
Film Screening | setiap Jumat, 15.30 – 17.30 WIB
Sejarah Kultur dan
Estetika Hip Hop,
Film pilihan & koleksi Ucok Homicide
Terbuka untuk UMUM
& GRATIS.
-----------------------------------------------------------------------------------
The
Necrophone Traces:
Archive,
Manuscripts, Documentation of Homicide
These days, a
musician’s or a group’s commitment to drive changes in the society is quite
rare. One of the committed groups is Homicide. In the local music scene, Homicide has enriched Indonesian “alternative music” especially to those who
deviate from the mainstream music. This Hip Hop group split up a long time ago but it still
keeps the spirit of change that has settled in their fans’ subconscious minds. s.14 Art Space and Library considers Homicide’s history and reputation
deserve to be reviewed as a main source of research of our culture.
In this exhibition, s.14 with Aminudin TH Siregar as the
curator, presents the chronicles of Homicide’s journey as a Hip Hop group from
Bandung that is known for their critical lyrics about social changes, crimes,
repression of humanity, anti-capitalism, and sharp views on the threat of
neoliberalism in today’s global economy. Compared to the more acceptable
quality of musicality, Homicide’s
lyrics are not only agitative but also known to have discursive strengths that
require great precision for their fans to react or to merely understand. In terms
of the achievements of their lyrics, Homicide sits in a special position. By
them, lyrics are consciously pushed to achieve the awareness effect in the
process of social changes.
There are many intellectuals who
realise that art has to bring back its main function from being tools of
ideology to being critical tools to free humans, refunction. Post-auratic art (art that has lost its aura) has been
manipulated for economic and commercial purposes, or for propaganda of ideology
whilst establishing repression. These days,
post-auratic art, including music, has become a commodity of mass culture. Art
(music) is no longer created as a result from aesthetic experiences but becomes
the object of manipulation of market mechanism. Now, in the reality of
Indonesian chaotic music, “useful value” of music is released and is replaced
with “exchange value”. As a result, “serious music” and “light music” become
exchangeable products eroding borders of hierarchy. Throughout their career, Homicide realised the risks and paradox
they were facing. Homicide rejects
the view that “music as music” and “art as art” that only shows the
over-idolisation of art/music, possibly misleading and covering up the
truth.
Initially called Verbal Homicide, this group consisted of Morgue
Vanguard (MC, Producer), Sarkasz (MC), DJ E (Turntables), and Andre (Guitars), formed in Bandung in
1994 and
split up in 2007. By showing their collection of posters, photos, music videos,
manuscripts of lyrics, CDs, T-shirts, vinyl, and merchandise, this exhibition
invites us to see snippets of this group’s history of continuity and discontinuity
in the music development in Bandung.
To accompany and
complete our experience in understanding this exhibition, s.14 hosts a discussion with the theme of Music and Social Change with Homicide
(Ucok, Aszi, Iwan), Taufiqrahman, Lingga Agung and Indra Hikmawan a.k.a Papap. There
is also a workshop for students with Ucok Homicide and Jay – a beatmaker from Eyefeelsix
– to give an introduction of the basics of constructing Hip Hop music using
sampling methods. As part of this event, s.14 team will give an introduction to
the basics of Hip Hop music through movements, creation and at last, there is a
film screening on Hip Hop music history selected by Ucok Homicide.
Agenda of Program s.14 | May – June 2016
Retrospective
Exhibition
The Necrophone Traces: Archive, Manuscripts,
Documentation of HOMICIDE
31 May – 30 June 2016
There is no opening
ceremony,
The exhibition can be
viewed during the opening hours of s.14 Library;
Tuesday – Saturday, 11.00 – 17.00 WIB, Sunday & Monday
CLOSED
Open for PUBLIC and
FREE
Artist Talk & Discussion | 17 & 18 June 2016
Music & Social Change
17 June 2016 | Indra Hikmawan & Lingga Agung
18 June 2016 | Homicide (Ucok, Aszi, Iwan) & Taufiqrahman
24 June 2016 | Lingo & Ucok Homicide
Public Workshop | 24 – 30 June 2016
Let’s HIP HOP! | Workshop
for Children with s.14|
Introduction to Hip Hop Music through Movements & Creation
Introduction to Hip Hop Music through Movements & Creation
Let’s Sample! | Workshop
for Students with Ucok Homicide & Jay EyeFeelSix | Introduction to Basic
Construction of Hip Hop Music Using Sampling Methods
Limited seats, workshops are FREE
Film Screening | every Friday, 15.30 – 17.30 WIB
Education on Hip Hop
Music History
Films are selected
& chosen by Ucok Homicide
Open for PUBLIC & FREE
Update detail information in our social media :
IG : @sosiologi14
twitter : @sosiologi14
Publication & Video design by Fajar Faturahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar